Di lingkungan sekitar juga dikenal adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca yaitu adalah suatu fenomena dimana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun tidak seluruh gelombang yang dipantulkan itu dilepaskan ke angkasa luar. Sebagian gelombang panjang dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca di atmosfer ke permukaan bumi. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin panas. Perubahan panjang gelombang ini terjadi karena radiasi sinar matahari yang datang ke bumi adalah gelombang pendek yang akan memanaskan bumi. Secara alami, agar tercapai keadaan setimbang dimana keadaan setimbang di permukaan bumi adalah sekitar 300 K, panas yang masuk tadi didinginkan. Untuk itu sinar matahari yang masuk tadi harus diradiasikan kembali. Dalam proses ini yang diradiasikan adalah gelombang panjang infra merah.
Proses ini dapat berlangsung berulang kali, sementara gelombang yang masuk juga terus menerus bertambah. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer, sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa energi yang masuk ke permukaan bumi: 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfir, 25 % diserap awan, 46 % diabsorpsi permukaan bumi, dan sisanya yang 4 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi (beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda).
Efek rumah kaca itu sendiri terjadi karena naiknya konsentrasi gas CO2 (karbondioksida) dan gas-gas lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metan (CH4), kloroflourokarbon (CFC) di atmosfir. Kenaikan konsentrasi CO2 itu sendiri disebabkan oleh kenaikan berbagai jenis pemba-karan di permukaan bumi seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan-bahan organik lainnya yang melam-paui kemampuan permukaan bumi antuk mengabsorpsinya. Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk mengabsorpsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul, maka panas di permukaan bumi akan naik.
Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar infra merah tersebut tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga kembali ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfer maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi diserap atmosfer. Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer, maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik.
Dengan meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan perobahan iklim yang tidak biasa. Selain itu hutan dan ekosistem pun akan terganggu. Bahkan dapat mengakibatkan hancurnya gunung-gunung es di kutub yang pada akhirnya akan mengakibatkan naiknya permukaan air laut sekaligus menaikkan suhu air laut.
Rumah kaca yang ada di Fakultas Pertanian UNS merupakan suatu simbol yang dapat di lihat atau sebagai ciri khas yang dimiliki Fakultas Pertanian. Ada tiga buah rumah kaca di Fakultas Pertanian yang ketiganya mempunyai ukuran 15x10 m. rumah kaca ini awalnya di dirikan pada tahun 1989 dan hanya berjumlah 1 saja. Dalam perjalanannya rumah kaca ini mulai berkembang karena tuntutan dari Fakultas yang ingin menjadikan rumah kaca sebagai sarana mahasiswa untuk lebih belajar budidaya tanaman khususnya mahasiswa jurusan agronomi yang bergerak dalam bidang budidaya tanaman. Banyak yang dapat dilakukan di dalam rumah kaca, mulai dari praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat bawah sampai tingkat atas, penelitian oleh mahasiswa maupun adanya pelaksanaan proyek dosen.
Rumah kaca ini ada yang bertanggungjawab, yaitu oleh dosen yang berkompeten dalam bidang ini atau yang ditunjuk oleh jurusan agronomi. Dosen yang bertanggungjawab adalah Bpk. Ir. Dwi Hardjoko, Mp. Beliau adalah dosen matakuliah hidroponik dan sering membimbing mahasiswa yang melakukan penelitian tentang sistem budidaya secara hidroponik yang banyak dilakukan di dalam rumah kaca. Untuk bisa melakukan kegiatan yang dilakukan di rumah kaca ini terlebih dahulu harus melalui izin dengan Bpk. Ir. Dwi Hardjoko, Mp. Biasanya para asisten dosen diberi wewenang membawa kunci rumah kaca demi kelancaran acara dari praktikum itu sendiri.
Rumah kaca dibangun dengan letak yang berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini bertujuan untuk memudahkan akses dalam praktikum yang tidak hanya menggunakan satu rumah kaca dan juga untuk perawatan dan pengelolaan lebih mudah. Rumah kaca ditandai dengan rumah kaca A rumah kaca B dan juga rumah kaca C. Rumah kaca yang terletak sebelah timur dari kampus dan dekat dengan lahan parkir membuat setiap mahasiswa yang datang ke kampus bisa dengan mudah melihat sejuknya rumah kaca Penampilan rumah kaca dari luar cukup bagus dan kelihatan indah dan sejuk di pandang oleh mata mahasiswa yang baru datang ke kampus pertanian UNS. Karena ketiganya baru saja dilakukan perbaikan yaitu dengan mengganti kaca-kaca sebagai atap yang sudah mulai kusam dan juga banyak ditumbuhi lumut. Ketiganya juga dilakukan pengecatan warna hijau yang mencirikan dari warna pertanian, sehingga dilihat sangat sesuai dengan corak dari kampus pertanian. Di dalam rumah kaca sendiri terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Fasislitas-fasilitasnya disesuiakan dengan tujuan dari penggunaan rumah kaca itu sendiri. Penggunaan rumah kaca ini disesuiakan dengan kegiatan-kegiatan praktikum yang tidak hanya satu matakuliah saja akan tetapi juga digunakan untuk penelitian-penelltian yang menjadikan alat-alat yang ada di dalamnya juga berbeda antara rumah kaca yang satu dengan yang lainnya. Fasilitas umum yang ada di dalam rumah kaca yaitu adanya suplai listrik, adanya instalasi air, ember, lemari, dan juga cetok. Untuk mesin pemecah batu bata hanya ada di rumah kaca A saja, pada rumah kaca B terdapat empat buah kolam yang biasa digunakan untuk praktikum budidaya dengan sistem hidropnik. Peralatan-peralatan yang ada di dalam rumah kaca bisa dikatakan tidak sepenuhnya baik. Hal ini bisa dilihat dengan jelas kerusakan-kerusakan yang terjadi misalnya pada lemari penyimpanan yang sudah mulai lapuk dan juga pintunya hilang, ini membuat pemandangan yang cukup tidak nyaman dan bertolak belakang dengan pandangan dari luar yang terlihat rumah kacanya megah dan bagus. Selokan-selokan yang ada di dalam rumah kaca tidak seluruhnya baik, hampir separuh dari jumlah mengalami penyumbatan yang membuat pembuangan air tidak berjalan dengan lancar yang mengakibatkan kegiatan praktikum atau penelitian akan terganggu. Peralatan yang ada di dalam terlihat berserakan dan rumah kaca sendiri seperti tidak ada yang mengelolanya, apalagi setelah dilakukan kegiatan praktikum botol-botol yang sudah tidak digunakan tidak tertata rapi.
Rumah kaca sendiri di mata mahasiswa adalah hanya sebagai tempat praktikum. Hal ini menjadikan mahasiswa tidak begitu peduli tentang nasib dari rumah kaca. Sedikitnya saran atau kritik yang ditujukan untuk pengelola dari rumah kaca demi kebaikan yang bisa dicapai dan kemajuan yang akan datang. Mahasiswa yang sedikiti peduli adalah mahasiswa yang menenpuh jurusan agronomi, karena dari semester satu sampai tujuh praktikum-praktikum dilakukan di rumah kaca walaupun tidak semuanya dilakukan di situ. Walaupun dengan segala kekurangan dan kelebihannya rumah kaca bagi mahasiswa Fakultas Pertanian merupakan suatu simbol dan kebanggaan yang perlu dijaga dan dimajukan untuk kepentingan pendidikan di Fakultas Pertanian khususnya dalam budidaya tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar